Saturday, July 16, 2016

Gonjang-ganjing!

Tadi pagi ngecek hape buat update berita penyerangan di Nice, tahu-tahu malah baca berita tentang plot kudeta di Turki. Astaghfirullah, ini berita buruk kok terus-menerus gini ya? Dan di jaman sekarang, di dunia modern ala demokrasi, kok bisa Turki yang udah 'setengah Eropa' masih terancam kudeta militer. Bener-bener bikin gak habis pikir, dunia sedang penuh gejolak.

Sekitar dua tahun lalu kalau gak salah, di pinggir sungai di kampus pas di London, makan siang sama temen-temen seangkatan, temen Perancis bilang, kok rasanya was-was ya, di Eropa sedang terjadi banyak pergerakan yang belum tahu arahnya ke mana. Seolah-olah peta politik dunia sedang berubah drastis. Yang pasti ini bukan sesuatu yang gak ada asal-muasalnya. Perang di Irak dan munculnya ISIS, berdirinya European Union yang membebaskan pergerakan seluruh warga Eropa ke negara manapun di benua tersebut, krisis karena kondisi ekonomi Yunani, itu semua ternyata masih permulaan. Masuk 2015, imigrasi ke Eropa meningkat. Dan permasalahannya bahkan bukan dari banyaknya orang yang masuk ke Eropa karena perang di negara mereka (1. inget di tahun 1938, warga Eropa keturunan Yahudi pun harus bermigrasi karena tekanan Nazi Jerman, dan salah satu efek dari imigrasi yang tak terbendung menjadi salah satu penyebab holocaust 2. adanya kemungkinan bahwa gak semua yang bermigrasi ke Eropa adalah korban perang, tapi oportunis yang mencoba peruntungan nasib di Eropa), tapi gap sosial baik di dalam negara-negara yang tiba-tiba dipenuhi warga asing, kesan negatif yang lekat dengan Islam = teroris, membuat politik masyarakat makin terpecah-belah. Di beberapa tahun belakangan bahkan, partai-partai ideologi far right yang biasanya gak populer memperoleh makin banyak suara.


Ayah, sekitar 3 tahun lalu di Spice Market di Istanbul. 

Lalu muncul kejadian terorisme di Paris akhir tahun lalu. Simbol kehidupan orang Eropa diserang, menumbuhkan rasa takut yang membuat mereka merasa kehidupan damai mereka tercerabut. Seminggu setelah penangkapan pelaku teror di Paris, metro dan bandara Belgia juga ikut diserang. Yang cukup menarik adalah, kasus di Belgia misalnya, bukan hanya pihak intelijen Turki udah menginformasikan potensi munculnya kejadian ini, banyak media yang akhirnya menghighlight ketidakmampuan polisi Belgia buat mengantisipasi kejadian penyerangan ini. Temen orang Cina yang tinggal di Belgia cukup lama juga menghighlight gimana kurang sigapnya polisi Belgia. Gue baca tentang kepolisian di sana yang memang pendanaannya kurang kuat. Dan lihat sendiri kotanya kalau dibandingkan sama Jerman misalnya. Daerah yang dilanda kemiskinan dibiarkan tumbuh jadi ghetto, dsb. Pun ketika diperiksa lebih mendalam, pelaku teror di negara-negara tersebut masih warga sana yang lahir dan besar di sana (bukan imigran yang suka dijadiin argumen orang-orang ultra kanan sebagai ISIS selundupan). Apa mungkin radikalisasi orang-orang ini disebabkan salah satunya karena ketimpangan sosial?

Di Austria, orang-orang ultra kanan bikin pertemuan untuk mempertemukan partai-partai seideologi di Eropa. Ugh bikin gue bergidik. Di Amerika, dua kandidat yang maju ke pencalonan presiden satu punya kecenderungan suka perang, satu buka-bukaan bigot, rasis, dan islamofobik. Plus, hasil poling sejauh ini menunjukkan kalau Clinton dan Trump gak jauh banyak popularitasnya. Tapi sembari deg-degan menanti hasil pemilu di sana, kita malah dikejutkan dengan berita lepasnya Inggris dari Uni Eropa! Pas gue baca beritanya, memang iya, sebagian yang memilih lepas dari EU ya memang orang-orang rasis aja, yang gak suka misalnya sama orang Polandia (lagi-lagi efek bebasnya pergerakan warga se-benua Eropa) membikin pendapatan mereka menurun (argumennya, orang-orang Polandia bersedia dibayar lebih rendah untuk pekerjaan yang sama dibanding warga Inggris lokal, akibatnya gaji minimum juga makin rendah) atau bahkan, warga Inggris lokalnya malah gak bisa mencari pekerjaan yang layak. Tapi sebagian yang memutuskan untuk lepas dari EU juga adalah orang-orang yang sudah muak sama pemerintahan yang gak representatif, jadi untuk bilang 'f**k you' ke status quo, akhirnya mereka memilih untuk lepas dari EU. Efek ke depannya bagaimana? Ada yang bilang, ini bakal memicu referendum ulang dari Skotlandia untuk lepas dari UK dan masuk ke EU. Uni Eropa yang pastinya masih sakit hati (apalagi melihat kebodohan orang-orang dari partai UKIP di parlemen EU. ugh.) mana mau memudahkan UK untuk transaksi ekonomi dan bisnis dengan Eropa. Tapi melihat banyaknya orang-orang dari pihak kampanye Brexit masuk ke pemerintahan baru di bawah Theresa May, jelas ini bikin kita juga bergidik. Apakah Inggris akan semakin menuju ideologi Ultra Kanan? Semoga nggak. Tapi dengan atmosfer belakangan, siapa yang tahu.

Sementara itu, Turki terus-menerus mengalami peristiwa terorisme, bus-bus di Ankara dan Istanbul dibom, terus baru-baru ini bandara Istanbul juga diserang. Di pihak Turki sendiri, bukan hanya efek dari dekatnya perbatasan dengan Syria yang memungkinkan penyelundupan orang-orang ISIS, tapi mereka sendiri punya konflik internal dengan orang-orang Kurdi yang membuat situasi pertikaian internal makin kompleks. ISIS pun makin ganas, ngebom di pasar Irak yang isinya ibu-ibu dan anak-anak, ngebunuh ratusan, hanya beberapa hari sebelum lebaran... Astaghfirullah. Belum lagi penyerangan-penyerangan di Saudi Arabia (pas gue pikir-pikir, ISIS ini memang gak beragama ya. Penyebab mereka bisa sampai menyerang SA bahkan deket mesjid Nabawi, ngebunuh petugas keamanan yang sedang berbuka puasa, astaghfirullah ... mungkin karena SA jadi ally Barat dalam perang melawan ISIS).

Lalu, piala Eropa berlalu tanpa insiden berarti (well, berantemnya hoolligan Inggris vs Rusia vs Perancis memang nunjukin kebodohan manusia sifatnya memang universal, apapun latar belakang kulturnya ya. ugh). Tau-tau kejadian di Orlando. Pelakunya muslim lagi. Walau kejadian penembakan di Amerika bukan cerita yang bikin shock lagi (ih...), tapi ya gimana ini gak bikin orang tambah prejudice sama benci sama Islam? Walaupun ternyata si pelakunya ini memang psikopat galau yang butuh pengakuan diri. Konflik batin karena dia sendiri homoseksual. Terus, kejadian lagi di Nice. Ya Allah... Korban pertamanya dikabarkan seorang ibu-ibu muslim yang berdiri paling deket ketika truk-nya masuk ke kawasan promenade. Puluhan orang meninggal. Walaupun reaksi pertama "ah teroris lagi", setelah informasi dikumpulkan (gak pernah masuk pengawasan polisi sebagai korban radikalisasi, disinyalir bukan muslim taat, pelaku kdrt pula), kok kayaknya si pelaku ini melakukan aksi terornya sendirian dikarenakan depresi, total psikopat, yang mengingatkan gue kejadian Germanwings yang pelakunya juga psikopat yang butuh pengakuan publik. Tapi nama depannya aja udah Muhammad, ya bakal dikoneksi lagi dengan Islam = teror.

Terus, tadi pagi, Turki yang sudah bergejolak dari tahun lalu (tapi kalau baca novel-novelnya Orhan Pamuk, kayaknya this super enchanting country memang terus-terusan bergejolak 100 tahun terakhir ya? Efek posisi barangkali), pemerintahan resminya malah terancam kudeta. Ya ampun... apalagi ini? Gue bukan penggemar fanatik Erdogan, karena walau banyak hal yang dia lakukan sepertinya bener, tapi kalau denger pendapat temen-temen Turki atau baca artikel Al Jazeera dsb, ya dia gak 100% pemimpin sempurna (kebebasan pers yang dikekang, rencana Erdogan untuk merubah konstitusi, dan emang orang-orang gak pada baca ya berita minggu lalu rencana kerjasama dia dengan negara uhuk uhuk). Yang jadi permasalahan bagi gue, kalau pemerintahan Turki sampai kena kudeta, gimana antisipasi konflik lokal yang belum selesai? Kamp-kamp imigran (yang dipakai Erdogan untuk negosiasi dengan EU), perbatasannya dengan Syria, rencana Turki untuk masuk EU, dsb, apa yang bakal terjadi? (temen Turki pun berteori, kudeta ini direncanakan pihak pemerintah untuk semakin mengokohkan posisi mereka di mata rakyat)

Sebelum gue pulang, temen gue nanya, kenapa gak berusaha aja tinggal di Berlin. Gue bilang, 'kayaknya di Indonesia lebih damai negaranya'. Kata temen India, tapi terorisme kan bisa terjadi di mana aja. Iya, tapi setidaknya, gue gak harus mengalami rasisme balik. Dan Indonesia (insya Allah) kan gak masuk hitungan untuk harus diterorisasi (alhamdulillah kejadian teror di Jakarta terakhir berhasil digagalkan dan warga Jakarta yang sudah keras kehidupannya mengambil hikmahnya dengan bercanda terhadap situasi yang berlangsung). Terus, walau Indonesia gak sempurna, kayak kata teh Ika, buang sampah aja masih gak bisa, tapi mudah-mudahan negara satu ini jauh dari konflik-konflik Barat vs Timur di atas sana. Gusti Allah, semoga negara satu ini tentram dan damai. Jauh dari konflik antar negara seperti di benua Eropa sana. Semoga rakyatnya makin pinter-pinter dan pada dicukupkan rezekinya. Semoga yang berbeda agama tetap saling menghargai dan memahami satu sama lain. Semoga yang mampu gak lupa untuk membantu yang kurang.

Inti tulisan ini apa ya? Intinya gue pengen menuliskan sebagian hasil pengamatan gue beberapa bulan terakhir ini sih. Ke depannya, kita masih musti liat gimana peristiwa-peristiwanya bakal unfolded. Mudah-mudahan gak ada perubahan yang terlalu dramatis, sementara itu gue menunggu 2NE1 buat ngeluarin album baru untuk menghibur isi kepala gue dari semua kejadian-kejadian tragis belakangan.

ps: ada dua buku yang esensial untuk memahami gonjang-ganjing ini, setidaknya gue selalu teringat sama kedua buku ini: (1) Grapes of Wrath yang menceritakan krisis ekonomi di US (2) A Strangeness in My Mind yang menceritakan kondisi politik Turki di background cerita.

No comments:

Post a Comment