Friday, March 4, 2016

Bicara gado-gado

Sebenernya gak ada hubungannya banget ya, orang Indonesia sok ikut-ikutan sibuk-sibuk ngedukung calon presiden Amrik. Tapi kalau perasaan dan pikiran udah dahaga karena muak lihat politikus yang kata-katanya selalu berubah-ubah 'tergantung situasi', mempelajari sejarah Bernie Sanders yang konsisten sejak dia muda sampai sekarang, mau gak mau bikin terharu dan tergugah juga.

Gue baca background tentang Bernie gimana orangtuanya adalah Yahudi Polandia yang emigrasi ke Amerika karena menghindari Holocaust. Ketika sampai di Brooklyn, Bernie tumbuh di kalangan menengah ke bawah, dan karena beliau secara etnis adalah Yahudi, saat itu masih dianggap warga kelas dua oleh lingkungan sekitarnya. Gue awalnya masih gak ngerti, kenapa dia sampai ikut kampanye Dr. Martin Luther King dan ngedengerin pidatonya yang bersejarah 28 Agustus, 1963. Oke, mungkin dia orang kulit putih yang juga sekaligus aktivis hak sipil, tapi penyebabnya apa? Beberapa hari lalu bahkan muncul foto-foto Bernie waktu ditangkep polisi tahun 1962 ketika dia ikut protes menentang segregasi sekolah yang memisahkan orang kulit hitam dan kulit putih. Tapi ketika tahu dari artikel tersebut tentang bagaimana sampai akhir 1980an orang Yahudi di Amerika masih suka dilecehkan, dsb, gue akhirnya jadi makin paham kenapa Bernie punya energi yang besar buat menentang ketidakadilan, bahkan sampai maju ke kongres dan akhirnya sekarang ikut kampanye untuk jadi presiden Amrik.

Salah satu hal yang makin gue pahami ketika tinggal di negara asing selama 6.5 tahun belakangan itu adalah, ternyata, jadi minoritas itu gak asik banget. Masih mending Berlin, kotanya pluralistik dan toleran. Sekarang Eropa lagi didera isu terorisme dan imigrasi yang meningkat, dan mau gak mau, Islam jadi bulan-bulanan media dan perspektif umum, apalagi gue yang pake jilbab kemana-mana. Sebelum peningkatan imigrasi setahun belakangan ini aja, setiap ngelewatin pemeriksaan di airport, suka ada aja diperiksa lebih (random check, yeah rite). Sekarang dengan makin tajamnya dan meningkatnya komunitas ultra kanan, atau orang-orang yang awalnya bersikap bigot diam-diam, sekarang bigot secara terang-terangan, gaah... bener-bener bikin gak nyaman.

Gue masih untung, pulang ke Indonesia, balik jadi bagian dari mayoritas. Tapi bukan itu kan, pelajaran yang bisa diambil? Kayak kata Harper Lee di novelnya, "Lo gak bakal bisa tau rasanya jadi orang lain, sampai lu ngerasain dan menjalani hidup di bawah kulitnya". Dan ini gue masih merasa jadi minoritas aja perasaan udah gak enak banget. Musti serba was-was karena walaupun secara umum orang ramah dan baik hati, ada aja manusia yang pikirannya sempit yang memandang lo curiga, ngejudge elu sebagai manusia biadab, dsb, bikin lu kesel di ubun-ubun, tapi masa lo musti bawa sertifikat lulus PhD atau isi bank account buat ngedamprat balik, "Apa? Judge gue lagi? Lu lulus sekolah gak? Gak usah bigoted gitu deh." Tapi kata Rasulullah, kalau orang jahat sama lo, balas dengan bersikap baik, jadi ya walau sulit, berusaha tetep bersabar dan terus-terusan ngingetin ke diri sendiri, jalanin hari-hari dengan harga diri yang diimbangi dengan kerendah hatian. Jangan lupa. Fiuh.

Nah, kan, jadi kemana-mana. Oke, balik ke topik semula. Intinya, being a minority sucks. Jadi kalau menjadi mayoritas, jangan sombong, jangan semena-mena, toleransi dijagalah. Hargai hak azasi tiap manusia, karena lo masih untung lahir jadi bagian mayoritas. Begitu ngerasain jadi minoritas, pedih. Dan lo gak bakal percaya apa yang sekarang gue bilang sampai lo... ngerasain sendiri! Dan makanya, ketika Bernie Sanders, si calon presiden Amrik yang sudah berumur 74 tahun, masih mengulang kata-kata, dan prioritas politik yang sudah dia gaungkan dari muda, dan TETAP KONSISTEN, walaupun sulit dan perjalanannya berat buat dia bisa jadi kandidat presiden dari partai Demokrat, mau gak mau gue jadi bersimpati. Sebenernya setiap kali gue denger pidato politik dia belakangan, gue merasa, kalaupun dia jadi presiden, dia sebetulnya udah nothing to lose, umur juga udah tua, perubahan kalaupun terjadi, dia gak bisa ngerasain semuanya, jadi dia berjuang untuk apa? Bukan buat uang lagi, atau ketenaran, atau posisi politik yang tinggi, tapi konsistensi memperjuangkan apa yang selalu ia perjuangkan dari muda sampai sekarang. Dan sebenernya, gue kagum dengan konsistensi beliau dan semangat keadilannya tersebut...

(ini ada link video tentang hal yang secara konsisten beliau perjuangkan dari dulu sampai sekarang https://www.youtube.com/watch?v=RU3NKvvxcSs)

Dan tulisan ini pengen gue akhiri dengan gambar dan peribahasa/kata-kata bijak yang barusan gue temuin pas browsing tag Bernie Sanders di Tumblr:


Makasih udah selalu konsisten berjuang. All the best in the primaries, Bernie!

No comments:

Post a Comment